Kita tentu familiar dengan uang yang sangat menawan ini.
Sepasang penari wayang orang yang gagah dan cantik, pola-pola lingkaran simetris yang sangat indah, ditambah kombinasi warna yang serasi. Sungguh sebuah masterpiece.
Sekarang mari kita hadapkan uang ini ke cahaya terang :
Tampak watermark berupa sesosok patung yang sedang duduk bersila
dengan tangan kiri memegang tongkat
Mari kita lihat apa kata berbagai katalog mengenai watermark pada uang ini
KUKI menyebutkan sebagai patung Hindu
Standard Catalog of World Paper Money menyebutkannya sebagai
Watermark: Head of the Goddess of Justice and Truth.
(Kepala dari dewa keadilan dan kebenaran)
Sedangkan katalog Mevius lebih singkat lagi karena hanya menyebutnya sebagai :
WMK : Head
Dua katalog kelas dunia (Pick dan Mevius) menyebutkan kalau watermark uang ini dan juga pecahan di atasnya (100, 200, 500 dan 1000 Gulden) hanya sebagai "kepala dari patung"
Tidak heran pemalsu juga ikut-ikutan menampilkan watermark abal-abalan berupa kepala patung saja
"watermark" abal-abalan uang palsu pecahan 1000 Gulden yang akhir-akhir ini banyak beredar.
Berbeda sangat jauh dengan watermark uang asli
Watermark pecahan 50 Gulden
Tahukah teman-teman kalau watermark atau tanda air pecahan ini tadinya direncanakan berbeda dengan yang selama ini kita ketahui? Untuk membuktikannya mari kita lihat tanda air yang terdapat pada varian proof yang dibuat sekitar tahun 1935.
Tanda air berupa gelombang (wave) yang terdapat pada varian proof
Tetapi entah mengapa tanda air yang berupa gelombang ini dibatalkan dan dijadikan gambar sesosok patung yang identitasnya sangat misterius. Bahkan setelah diadakan kuis terbuka dan diikuti puluhan penggemar uang kuno, tidak ada satupun jawaban benar yang masuk. Untuk itu mari kita bahas bersama.
Sekali lagi mari kita perhatikan tanda air pada pecahan ini :
Kita lihat dan pelajari ciri-cirinya :
Seorang pria yang sepertinya sedang duduk dengan telapak tangan kanan menghadap ke depan dan tangan kiri memegang sesuatu menyerupai tongkat berbentuk seperti ular. Sosok tersebut walaupun tidak memakai baju/jubah tetapi mengenakan aksesoris lengkap berupa mahkota, kalung, gelang, gelang lengan dan semacam selendang.
Siapakah sosok misterius ini?
Bertahun-tahun saya mencari siapakah sosok yang ingin ditampilkan oleh penggambar uang ini? Bertahun-tahun pula saya gagal. Sampai akhirnya beberapa bulan yang lalu saya mendapatkan pinjaman buku kuno dari seorang teman terbitan era 1940-50 yang berisi kumpulan foto-foto yang diambil oleh para fotografer Belanda berjudul "Tanah Air Kita". Di halaman belakang sampul buku tersebut secara tidak sengaja saya melihat sebuah gambar yang membuat saya terkejut. Ingatan akan gambar sosok misterius yang telah tertanam dalam-dalam di otak saya memberikan bunyi alarm yang sangat keras......
Ini adalah gambar yang selama ini saya cari!
Dengan segera saya mengambil koleksi uang wayang saya dan menghadapkannya ke lampu. Saya bandingkan dan cocokkan, ternyata benar-benar mirip..
Gambar sosok misterius yang terdapat pada buku kumpulan foto terbitan tahun 1940-50an
Perhatikan baik-baik sosok misterius di tengah gambar, apakah sama?
Dengan hati senang saya membolak balik buku Tanah Air Kita tersebut, saya perhatikan satu demi satu halamannya. Tetapi gambar sosok misterius itu hanya terdapat pada satu halaman tadi saja, tidak ada halaman lain yang membahas dan tidak ada keterangan tambahan apapun lainnya. Dengan lesu dan kecewa saya menutup buku, lagi-lagi jalan buntu. Sosok misterius jadi bertambah misterius lagi. Tetapi setidaknya saya mendapatkan tambahan data yaitu : Sosok tersebut pasti berupa patung, arca atau ukiran dan pasti ditemukan atau pernah berada di tanah air kita Indonesia.
Dengan data tersebut saya mulai menjelajahi dunia informasi, mencari dan terus mencari. Sekali waktu saya datang ke museum Nasional untuk mencari tahu, tetapi sayang waktu kedatangan saya tidak tepat karena ruangan arca yang berisi barang-barang bernilai sedang ditutup karena kasus pencurian yang terjadi beberapa waktu yang lalu. Saya tidak kecewa dan terus mencari dari berbagai sumber lainnya, sampai akhirnya sekitar 2-3 bulan yang lalu saya melihat sebuah artikel di harian Kompas yang sedang membahas tentang sebuah candi. Di pojok gambar artikel terdapat sebuah gambar yang mirip dengan patung yang selama ini saya cari :
Pertanyaan kita tentang siapakah sosok misterius tersebut telah terjawab.
Watermark uang wayang 50 Gulden ke atas ternyata diambil dari sebuah patung perak yang ditemukan di reruntuhan candi Sewu, Jawa Tengah. Yaitu Manjusri Bodhisattva.
Siapakah Manjusri Bodhisattva?
Manjusri adalah sosok penting dalam aliran Budha Mahayana. Dari sejarahnya kita bisa mengetahui kalau candi Sewu adalah candi Budha terbesar kedua setelah Borobudur, didirikan lebih dulu dibandingkan Prambanan dan Borobudur yaitu diperkirakan sekitar abad ke 8. Berdasarkan prasasti yang ditemukan di sekitar lokasi, nama sebenarnya dari candi ini adalah "Prasada Vajrasana Manjusrigrha”.
Istilah ini memiliki arti sebagai berikut :
Prasada berarti candi atau kuil
Vajrasana berarti tempat Wajra (intan/halilintar) bertakhta
Manjusrigrha bermakna rumah Manjusri
Jadi candi Sewu sebenarnya adalah sebuah candi atau kuil tempat rumahnya Manjusri Boddisatva bertakhta.
Kompleks candi ini dibangun semasa jaman kerajaan Mataram kuno tepatnya oleh raja Rakai Panangkaran (746-784). Kemudian kompleks ini dipugar dan diperluas pada masa pemerintahan Rakai Pikatan, seorang pangeran dari dinasti Sanjaya yang menganut aliran Hindu Siwa. Pada masa inilah candi Prambanan yang bercorak Hindu didirikan. Adanya candi Sewu yang bercorak Buddha berdampingan hanya sekitar 800 meter dengan candi Prambanan yang bercorak Hindu menunjukkan bahwa sejak jaman dulu umat Budha dan Hindu di tanah Jawa hidup berdampingan dengan harmonis dengan rasa toleransi beragama yang sangat tinggi.
Reruntuhan candi Sewu ketika pertama kali ditemukan akhir abad 18
Di salah satu sudut reruntuhan candi Sewu ditemukan sebuah patung yang sangat indah yang terbuat dari perak. Patung indah ini, berdasarkan tempat ditemukan dan keterangan dari prasasti diyakini adalah Manjusri Boddhisatva. Salah satu dari 3 sosok mulia dalam agama Budha (Manjusri, Budha Gautama, dan Samantabhadra). Manjusri sering dikaitkan sebagai Budha dalam hal kebijaksanaan dan kemurnian karena kebajikannya yang tertinggi dari semua Boddhisatva.
Patung Manjusri Boddhisatva yang ditemukan di reruntuhan candi Sewu
Dengan demikian terjawab sudah siapa sosok misterius yang terdapat pada tanda air uang wayang kita. Dia bukan patung Hindu seperti yang disebutkan KUKI, bukan pula cuma sepenggal kepala tanpa nama seperti pada katalog Pick atau Mevius. Dia adalah sosok yang sangat mulia, Manjusri Boddhisatva, sosok mulia dalam agama Budha Mahayana yang memiliki kebijaksanaan dan kemurnian tiada banding. Patungnya yang terbuat dari perak ditemukan di reruntuhan candi Sewu yang merupakan candi Budha terbesar kedua yang memang dibangun untuk memuja beliau. Dari patung tersebut dapat dilihat bahwa Manjusri adalah seorang pria yang sedang meditasi, duduk dengan satu kaki terlipat, memakai kalung yang terbuat dari gigi macan, tangan kanan terletak dipangkuan dengan telapaknya membuka sedangkan tangan kiri memegang Utpala (bunga lotus biru) sebuah simbol dari kemurnian.
Lengkap dan sempurna sudah gambar dan image yang ingin ditampilkan oleh uang wayang kita.
Sepasang penari wayang yang ganteng dan cantik lengkap dengan tanda air bergambar Manjusri, Budha dalam hal kebijaksanaan dan kemurnian yang pernah disembah oleh masyarakat Jawa berabad-abad yang lalu, yang patungnya ditemukan di salah satu candi terbesar milik bangsa kita.
Apakah cerita kita sudah selesai?
Pasti belum dan tidak akan pernah selesai.
Begitu banyak cerita di balik selembar uang kertas.
Begitu dalam filosofinya dan begitu sulitnya untuk digali.
Semakin dalam digali, semakin terasa keindahan uang wayang kita.
Patung perak Manjusri sekarang berada di Museum Nasional
(bersambung ke bagian 2, siapakah tokoh wayang pada pecahan 50 Gulden?)
No comments:
Post a Comment